Mari Belajar Sejarah

Sejarah Hari Santri Nusantara

Hari ini, 22 Oktober 2025, dentang sejarah membahana, menggetarkan sanubari setiap insan di Nusantara. Ini bukan sekadar tanggal, ini adalah monumen abadi bagi nyala semangat yang tak terpadamkan—khususnya bagi para Kiai dan Santri!

​Saat itu, awan gelap pengkhianatan kembali menyelimuti Ibu Pertiwi. Republik yang baru setahun menghirup udara kemerdekaan, tiba-tiba diancam oleh arogansi penjajah yang haus kuasa, berniat mencengkeram kembali kedaulatan kita. Semangat juang para Kiai dan Santri, yang bagaikan lahar mendidih, meledak! Mereka menolak tunduk, menolak kembali menjadi budak di tanah sendiri.

​Peringatan Hari Santri Nasional adalah sebuah sumpah. Sumpah untuk mengenang gema heroik, gertakan berani, dan pengorbanan suci para penjaga akidah yang berdiri tegak melawan kesewenang-wenangan asing. Ini adalah seruan untuk meneladani warisan darah dan api para Ulama dan Santri dalam mempertahankan setiap jengkal Negara Kesatuan Republik Indonesia!

Surabaya: Kuali Semesta Pertempuran

​Tak lama setelah proklamasi 17 Agustus 1945, genderang perang ditabuh di Surabaya. Tentara Sekutu, dengan pongahnya, datang bukan sebagai tamu, melainkan sebagai penakluk. Menghadapi ancaman yang menggigit leher bangsa, sang Proklamator, Presiden Soekarno, bergegas mencari cahaya petunjuk. Ia memohon nasihat kepada tiang agung bangsa, Hadrotusy Syaikh KH. Hasyim Asy'ari.

​Di bawah tekanan sejarah yang mencekam, Rois Akbar NU, Hadrotusy Syaikh KH. Hasyim Asy'ari, mengumpulkan segenap Konsul NU se-Jawa dan Madura. Mereka bermusyawarah, bukan untuk mencari kompromi, melainkan untuk menentukan nasib peradaban. Dari bilik musyawarah di Kampung Bubutan, lahirlah sebuah ketetapan yang menggetarkan jagad raya, sebuah fatwa yang diukir dengan tinta keberanian: Fatwa RESOLUSI JIHAD!

​Fatwa itu adalah petir yang menyambar! Sebuah seruan agung yang mewajibkan seluruh rakyat untuk mengangkat senjata, untuk bertempur demi kehormatan. Bunyi seruan itu menancap di hati: "Hukumnya wajib bagi setiap orang dewasa yang tinggal dalam radius 90 km dari Medan tempur untuk melakukan jihad, berperang melawan kekuasaan asing yang akan menjajah negeri ini!"

​Namun, gairah jihad itu tak mengenal batas usia! Bukan hanya orang dewasa, tetapi darah muda para Santri turut tumpah ruah di medan laga!

​Para pahlawan yang menjadi saksi mata pencetusan fatwa itu adalah para bintang penuntun: KH. Wahab Chasbullah, KH. Bisri Syamsuri, KH. M. Dahlan, KH. Tohir Bakri, dan puluhan Ulama besar lainnya, termasuk KH. Masykur, KH. M. Ilyas, dan KH. Abbas, yang namanya terpatri abadi dalam lembaran jihad ini.

Nyala Api 10 November

​Begitu perintah aksi bela negara, melalui Resolusi Jihad, dikumandangkan oleh Hadrotusy Syaikh KH. Hasyim Asy'ari, seketika itu pula semangat tempur Ulama dan Santri meledak tanpa ampun! Mereka adalah gelombang pertama yang menyambut maut demi kemerdekaan. Rakyat Surabaya, para arek-arek Suroboyo, di bawah komando heroik Bung Tomo, turut serta dalam kobaran api ini, bahu-membahu menghalau setiap langkah musuh.

​Para Ulama, Kiai, Santri, dan rakyat jelata bertempur dalam sebuah drama pertempuran yang sangat sengit, dari 25 Oktober hingga 10 November 1945. Dalam episode epik ini, para pejuang pribumi berhasil merobohkan salah satu jenderal musuh, Brigadir Jenderal A.W. S. Malaby, sebuah pukulan telak yang mengguncang moral penjajah!

​Sejarah mencatat pertempuran 10 November sebagai Hari Pahlawan, namun sesungguhnya, kemenangan itu adalah buah manis dari Fatwa Resolusi Jihad yang disahkan oleh para Kiai di Bubutan pada tanggal 22 Oktober 1945.

Hari Pahlawan takkan pernah lahir tanpa Fatwa Jihad para Kiai yang menyuntikkan keberanian ilahiah ke dalam nadi setiap pejuang, khususnya para Santri!

Hari Pahlawan dan Hari Santri adalah dua babak dari sebuah kisah kepahlawanan yang tak terpisahkan.

​Maka, sangatlah pantas jika perjuangan totalitas dan pengorbanan luhur para Santri pada masa-masa paling kritis itu diakui dan diabadikan. Melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 22 Tanggal 15 Oktober 2015, negara secara resmi menetapkan TANGGAL 22 OKTOBER SEBAGAI HARI SANTRI NASIONAL.

Hormati sejarah, teladani jihad, dan kobarkan semangat Santri!

Lebih baru Lebih lama