Cinta dan Benci: Dua Sisi Kebutaan

CINTA DAPAT MEMBUTAKAN KEBURUKAN DAN BENCI DAPAT MEMBUTAKAN KEBAIKAN


 

Presiden Prabowo Subianto telah me-reshuffle sejumlah jajaran Kabinet Merah Putih di lima Kementerian atas berbagai pertimbangan, masukan, dan evaluasi yang dilakukan terus-menerus.  Diharapkan hal ini dilakukan untuk menyegarkan pemerintahan atau sebagai sinyal pergeseran kebijakan ke arah yang lebih baik, tidak didasarkan pada kecintaan buta atau kebencian.
 
 Al-Jahidh berkata,

"فإذا كان الحٌبّ يُعمِي عن المساوئ فالبُغض أيضاً يُعمِي عن المحاسـنْ"  (الجاحظ)


"Jika cinta dapat membuat seseorang buta terhadap segala keburukan, maka kebencian dapat membuatnya buta atas segala kebaikan." (Al-Jahidh)

Seringkali kita dapati ada seseorang begitu cintanya kepada segolongan orang yang ada di kelompoknya. Bahkan sedemikian fanatiknya sehingga apapun yang dilakukan oleh orang-orang di kelompoknya selalu dibenarkan dan dibela mati-matian, sekalipun secara kasat mata terlihat orang-orang itu berbuat salah dan zalim.

Di sisi lain juga seringkali kita dapati ada seseorang sangat membenci segolongan orang yang di luar kelompoknya. Bahkan karena sangat bencinya sehingga apapun yang dilakukan oleh orang-orang di luar kelompoknya selalu disalahkan dan dimusuhi habis-habisan, meskipun secara kasat mata nampak orang-orang itu benar, berbuat baik adil.

Sebelum empat belas abad yang lalu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengingatkan umatnya akan adanya para pemimpin yang berbuat zalim dan berbohong di hadapan rakyat yang lemah. Korupsi, kolusi dan nepotisme terjadi di mana-mana.
 
Umat Islam tidak hanya diperintahkan untuk bersabar menghadapi keadaan tersebut, namun lebih daripada itu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam juga mengingatkan untuk senantiasa berpegang teguh pada nilai-nilai kebenaran, keadilan dan selalu menegakkan amar ma’ruf nahi munkar (mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الدِّينُ النَّصِيحَةُ قُلْنَا لِمَنْ قَالَ لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ


“Agama itu adalah nasihat.” Kami berkata, “Untuk siapa?” Beliau bersabda, “Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, Imam kaum muslimin, dan orang-orang kebanyakan.” 
(HR. Muslim)

Dari Ka’ab bin Ujrah radhiyallahu ‘anhu ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar mendekati kami, lalu bersabda,

إِنَّهُ سَيَكُونُ عَلَيْكُمْ بَعْدِي أُمَرَاءٌ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهمْ ، فَلَيْسُ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ ، وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ حَوْضِي ، وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ ، فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَسَيَرِدُ عَلَيَّ الْحَوْضَ


“Akan ada setelahku nanti para pemimpin yang berdusta. Barangsiapa masuk pada mereka lalu membenarkan (menyetujui) kebohongan mereka dan mendukung kezaliman mereka maka dia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya, dan dia tidak bisa mendatangi telagaku di hari kiamat. Dan barangsiapa yang tidak masuk pada mereka (penguasa dusta) itu, dan tidak membenarkan kebohongan mereka, dan juga tidak mendukung kezaliman mereka, maka dia adalah bagian dari golonganku, dan aku dari golongannya, dan ia akan mendatangi telagaku di hari kiamat.” (HR. Ahmad dan An-Nasa’i)

Walau bagaimanapun kebenaran harus tetap dipegang teguh dan ditegakkan, sedangkan kesalahan harus senantiasa diluruskan. Nasihat tetap diutamakan namun amar ma’ruf nahi munkar tidak boleh dilupakan.

Semoga Allah Azza wa Jalla mengaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah senantiasa melawan segala bentuk kemungkaran dan kezaliman, serta menegakkan kebenaran dan keadilan untuk meraih ridha-Nya...
Aamiin Ya Rabb.

Lebih baru Lebih lama