Detik-Detik Pilu: Kepergian Ulama Karismatik, Ratusan Santri Iringi Jenazah KH Soeratin
Bungah, Info Gres - Langit Bungah, Gresik, diselimuti mendung duka yang pekat. Ratusan pasang mata basah dan hati bergetar saat menghantarkan kepergian ulama karismatik, KH Soeratin. Suasana haru menyeruak, seolah alam pun turut berduka atas wafatnya sosok yang dikenal sebagai pelita bagi umat.
Salat jenazah yang dipimpin oleh KH. Khusnan Ali terasa begitu syahdu. Lantunan doa pertama yang menggetarkan jiwa dilanjutkan dengan doa-doa syahdu dari para ulama terkemuka. KH. Ali Murtadlo, KH. M. Ala'uddin, KH. Ainur Rofiq Thoyyib, dan KH. Muhammad Hamdan bergantian melantunkan doa perpisahan, seakan ingin memberikan bekal terbaik untuk perjalanan abadi sang kiai.
Setelah salat, iring-iringan jenazah bergerak perlahan. Ratusan santri dan masyarakat tumpah ruah di sepanjang jalan, membentuk lautan manusia yang seolah tak rela melepas kepergian panutan mereka. Tangis dan isak tangis tak tertahankan, namun ada keteduhan di baliknya, harapan bahwa beliau kini telah menemukan kedamaian sejati.
"Insya Allah, KH Soeratin sudah tidak sakit lagi dan tenang bahagia di Alam Barzah," ujar Mas Niidhom, Pengasuh Pondok APTQ Sampurnan Bungah, dengan suara bergetar. "Saya membungkus Beliau orang baik," lanjutnya, seolah menegaskan bahwa almarhum adalah anugerah yang kini telah kembali kepada-Nya.
Tak hanya para santri, duka mendalam juga dirasakan oleh kerabat dekat, KH Muhammad Zainuri Makruf. "Mbah Yai Soeratin Abul Abbas, nangis kulo Mbah," tulis Gus Zen, Pengasuh Pondok Pesantren Modern Almiftah, melalui pesan yang penuh kepiluan. "Sugeng Tindak Mbah pinanggih Robb-Mu dan Sayyidina Muhammad SAW. Lahul Fatihah…."
Kepergian KH Soeratin bukan hanya kehilangan bagi keluarga dan pondok pesantren, tetapi juga bagi seluruh umat yang pernah merasakan kehangatan dan keteladanan beliau. Kini, tinggal kenangan dan warisan ilmu yang akan terus hidup, menerangi jalan bagi mereka yang melanjutkan perjuangan.